assalamualaikum wr wb selamat datang di blog saya Riscie Amarullah semoga bermanfaat

Rabu, 19 Desember 2012

PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG PENGGANGGU ( LALAT/MUSCA DOMESTICA )

A.    Lalat

Lalat termasuk insekta ordo Diptera yang ditandai sepasang sayap. Lalat ini berkembang biak dengan metamorfhosis sempurna, yaitu dimulai dari telur, larva, pupa dan imago. Musca demostica ( lalat rumah ) bertelur antara 100-150 butir. Telur – telur ini menetas menjadi larva kira – kira dalam waktu 24 jam dan makanannya adalah bahan – bahan yang dapat membusuk, dan keadaan dalam bentuk larva berlangsung antara 3 – 7 hari. Larva yang matur pindah ketempat yang sejuk dan kering serta membentuk pupa inaktif, bentuk pupa ini memerlukan waktu antara 3 sampai beberapa hari. Sayapnya tidak terlipat lagi dan kulitnya berchitin dn keras dan tergantung pada suhu dan iklim, lalat rumah dapat hidup dalam jaringan hidup manusia dan menyebabkan penyakit myasis.
Lalat rumah mempunyai jarak terbang kira – kira sampai 1 mil. Lalat rumah ini dapat menularkan penyakit – penyakit seperti :
·         Kolera
·         Thypus
·         Disentri
·         Parathypus
·         Conjunctivitis
·         Trachoma dan
·         Poliomyelitis
Sedangkan lalat kandang ( stomoxis calcitrans ) adalah contoh lalat yang menusuk dan mengisap. Lalat demikian termasuk family tabanidae dan dapat menularkan penyakit seperti :
·         Tulameria dan
·         Anthrax.








B.     Pengukuran kepadatan populasi lalat
                  Kepadatan populasi lalat dapat di ukur dengan fly grill. Tehnik ini di kembangkan oleh schudder, terdiri atas kisi – kisi yang tersusun olh 24 bilah kayu dengan panjang masing – masing 36 inci, lebar 3/4 inci dan tebal 1/4 inci, dijajar dengan jarak masing – masing bilah 3/4 inci pada sebuah kerangka berbentuk huruf z. fly grillyang lebih kecil berukuran 18 inci telah di kembangkan untuk pengukuran lalat yang berkumpul dalam klaster ketika istirahat dan makan.
                  Kepadatan lalat di hitung berdasarkan jumlah lalat yang hinggap pada grill per satuan waktu, dan belum ada ketentuan mengenai kesatuan waktu ini. Oleh karena alat ini hanya digunakan untuk mengukur kepadatan secara kualitatif, misalnya untuk membandingkan kepadatan di suatu wilayah tertentu dengan wilayah lain, maka satuan waktu bias ditentukan sendiri oleh pengamat atau peneliti. Bentuk alat yang lain adalah perangkap lalat  ( fly trap ), yang berbentuk sangkar silender yang terbuat dari kawat kasa yang dilengkapi dengan pintu masuk tetapi ada untuk pintu keluar ( invented cone entrance ). Di dalamnya di taruh umpan dari jeroan ayam, buah – buahan busuk atau bahan – bahan yang berbau sejenisnya. Fly trap di gunakan untuk pengukuran kualitatif.

C.     Pemberantasan lalat
           Pemberantasan lalat melibatkan masyarakat secara keseluruhan. Sampah sangat erat hubungannya dengan timbul dan berkembangnya lalat itu sendiri. Oleh karena itu pemberantasan lalat akan melibatkan kegiatan – kegiatan yang berkaitan dengan sampah, maka masalah lalat juga merupakan masalah sosial.
Karena itu dalam penanganannya perlu melibatkan masyarakat secara bersama – sama. Sampah yang mudah membusuk ( garbage ) merupakan media tempat berkembang biaknya lalat. Bahan – bahan organik yang membusuk, baunya merangsan lalat untuk dating mengerumuni, karena bahan – bahan yang membusuk tersebut merupakan makanan mereka.
           Pengendalian lalat dapat berjalan dengan baik karena system pengelolaan sampah yang baik pula. Adapun komponen – komponen dalam sistem pengelolaan sampah yang harus mendapat perhatian agar lalat tidak ada kesempatan untuk bersarang dan berkembang biak adalah mulai dari :
1.      Penyimpanan setempat ( onsite storage ) yang tempat penyimpana sampahdimana sampah dihasilkan ( biasanya berbentuk bak – bak di rumah tangga dsb ), yang harus memenuhi syarat agar lalat tidak dapat menjangkaunya diantaranya adanya bak – bak yang tertutup rapat, baik pada waktu kosong maupun terisi.

2.      Pengumpulan sampah dari tempat penyimpanan setempat ke tempat pengumpulan sampah ( TPS ) atau langsung ke tempat pembuangan akhir, yang setidak – tidaknya alat pengumpul/pengangkut dipersyaratkan tertutup rapat agar tidak terjangkau lalat.

3.      Transfer dan transport, yaitu tempat pengumpulan sampah dan pengangkutan sampah ke tempat pembuangan akhir, yang di persyaratkan untuk TPS harus bersih/tersangkut ( tak ada sisa sampah pada waktu sore/malam hari, atau sebaiknya TPS terlindung tak terjangkau lalat dan binatang pengganggu lainnya.

4.      Tempat pembuangan akhir ( TPA ) yang sebaiknya menggunakan metode sanitary landfill.
            Keterlambatan pengangkutan sampah juga akan menjadi peluang bagi bersarangnya lalat. Kebersihan di rumah tangga atau instansi – instansi pemerintah, perkantoran, tempat – tempat umum sebagainya merupakan syarat mutlak agar lembaga – lembaga tersebut terbebas dari lalat. Oleh karena itu kesadaran akan perlunya berperilaku sehat dan lingkungan menjadi kewajiban seluruh komponen masyarakat. Yang perlu mendapat perhatian adlah pola berfikir bahwa lalat harus diisolasi dari makanan mereka yang pada dasarnya lalat akan terangsan oleh bau yang busuk, amis, anyir, dan sejenisnya. Di sampi itu pemberantasan lalat dapat juga dilakukan dengan menggunakan insektisida, sekalipun hal inii kurang efektif. Biasanya ini dilakukan di tempat – tempat khusus seperti tempat pembuangan akhir sampah. Secara singkat tindakan – tindakan yang diperlukan untuk pemberantasan lalat adalah :
·         Menjaga kebersihan secara umum,
·         Menempatkan sampah pada container yang tertutup rapat sebelum sampah diangkut dan dibuang ke TPA,
·         Mengadakan TPS sampah yang dilengkapi dengan kontener – kontener besar yang tertutup rapat,
·         Menghindari adanya dan timbulnya open dumps,
·         Menggunakan kakus yang saniter ( water sealed latrine ),
·         Penggunaan insektisida pada TPS atau TPA yang menggunakan metode open dumoing.

D.    Pengamatan, penyelidikan dan pengendalian
         Pengamatan adalah dimana telah dilakukan penyelidikan terlebih dahulu dan setelah itu dilakukan pengamatan untuk memberikan dan menunjang informasi yang lebih akurat.Pengamatan yang dilakukan pada lalat adalah :
1.      Mengamati tingkat pertumbuhan pada setiap fase metamorfosis pada lalat.
           Cara mengamati tingkat pertumbuhan pada setiap fase metamorfosis pada lalat adalah dengan mengetahui setiap fase pada lalat. Lalat mengalami metamorfosis sempurna yaitu, seperti gambar dibawah ini.
http://info.medion.co.id/images/stories/infomedion/penyakit/artikel_im_penyakit_pengendalian%20lalat_au%20maret%202008_html_m5516943f.gif
Siklus hidup semua lalat terdiri dari 4 tahapan, yaitu telur, larva, pupa dan lalat dewasa. Lalat dewasa akan menghasilkan telur berwarna putih dan berbentuk oval. Telur ini lalu berkembang menjadi larva (berwarna coklat keputihan) di feses yang lembab (basah). Setelah larva menjadi dewasa, larva ini keluar dari feses atau lokasi yang lembab menuju daerah yang relatif kering untuk berkembang menjadi pupa. Dan akhirnya, pupa yang berwarna coklat ini berubah menjadi seekor lalat dewasa. Pada kondisi yang optimal (cocok untuk perkembangbiakan lalat), 1 siklus hidup lalat tersebut (telur menjadi lalat dewasa) hanya memerlukan waktu sekitar 7-10 hari dan biasanya lalat dewasa memiliki usia hidup selama 15-25 hari.
Dalam waktu 3-4 hari, seekor lalat betina mampu menghasilkan telur sebanyak 500 butir. Dengan kemampuan bertelur ini, maka dapat diprediksikan dalam waktu 3-4 bulan, sepasang lalat dapat beranak-pinak menjadi 191,01 x 1018 ekor (dengan asumsi semua lalat hidup). Bisa kita bayangkan, dengan kemampuan berkembang biak lalat tersebut dapat memberikan ancaman tersendiri.
2.      Mengamati dampak berbahaya yang ditimbulkan oleh lalat.
Lalat adalah binatang pengganggu yang dapat menyebabkan dampak berbahaya bagi manusia. Lalat sebenarnya bukan suatu agen infeksi melainkan peranannya lebih cenderung sebagai vektor atau agen pembawa atau penular penyakit. Peranan lalat menularkan penyakit ini didukung dari bentuk anatomi tubuhnya yang banyak terdapat bulu sehingga bibit penyakit (virus, bakteri, protozoa) melekat dan tersebar ke ternak/hewan lain dan manusia. Selain itu, lalat juga mempunyai cara makan yang unik, yaitu lalat meludahi makanannya terlebih dahulu sampai makanan tersebut cair baru disedot ke dalam perutnya. Cara makan inilah yang ikut disinyalir sebagai cara bibit penyakit masuk ke dalam tubuh lalat kemudian menulari/menginfeksi manusia terlebih lagi kita tahu dan tak jarang menemukan lalat sedang hinggap di makanan.
Dari beberapa literatur juga disebutkan setiap kali lalat hinggap disuatu tempat, maka + 125.000 bibit penyakit dijatuhkan pada lokasi tersebut (wikimedia, 2007).
 Prof. Drh. Hastari Wuryastuty, M.Sc, PhD (2005) peneliti di fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menyatakan jika seekor lalat yang memiliki berat 20 mg mampu membawa bibit penyakit (virus) sebanyak 10% dari berat badannya, yaitu 2 mg maka lalat tersebut dapat menulari 2.000 ekor ayam. Hal ini disebabkan setiap 1 gram virus dapat menginfeksi satu juta ekor ayam. Begitu pula dengan cara lalat menginfeksi manusia.
Larva dan lalat dewasa juga menjadi hospes intermediet atau inang perantara bagi infeksi cacing pita (Raillietina tetragona dan R. cesticillus) pada ayam. Larva dan lalat dewasa sering kali termakan oleh ayam sehingga ayam dapat terserang cacing pita tersebut. Selain itu, lalat juga berperan sebagai vektor mekanik bagi cacing gilik (Ascaridia galli) maupun bakteri. Lalat yang hinggap di feses atau litter yang telah tercemar bakteri kolera maka lalat tersebut sudah berpotensi menyebarkan kolera pada ayam lainnya dan apabila ayam tersebut dikomsumsi oleh manusia tanpa memasak daging ayam tersebut dengan matang maka daging ayam tersebut yang telah mengandung beberapa bibit penyakit akan menginfeksi manusia tersebut.

Gambar Larva lalat yang berkembang pada feses yang lembab berpotensi menularkan beberapa bibit penyakit

http://info.medion.co.id/images/stories/infomedion/penyakit/artikel_im_penyakit_pengendalian%20lalat_au%20maret%202008_html_m7df21938.gif
           


                  Penyelidikan adalah mencari sumber informasi yang terkait dengan keadaan yang sebenarnya untuk dapat melanjutkan ke pengamatan yang lebih baik lagi.

         Penyelidakan yang dapat dilakukan pada lalat adalah :
1.      Menyelidiki tingkat daya terbang pada lalat dari tempat perkembang biakan lalat.
            Kelompok kami mengambil suatu penyelidikan pada lalat pada cara terbang dan   dan tingkat daya terbangnya dari tempat perkembangbiakannya namun lalt tidak suka terbang terus menerus, sehingga lalat sering – sering mampir. Menurut penyelidikan jarak terbang dari lalat dari tempat padat penduduknya tidak lebih dari 1/2 km, tetapi ada pula yang melaporkan bahwa jarak terbang lalat tersebut lebih dari 20 km.
            Lalat apabila berkembangbiak dekat dari perumahan masyarakat maka besar kemungkinan lalat tersebut dapat mengakibatkan penyakit trachoma.
                       
2.      Menyelidiki proses perkembangbiakan dari lalat.
                        Lalat berkembang biak dengan empat tahapan/siklus hidupnya yaitu :
a.       Stadium pertama ( stadium telur )
            Stadium ini lamanya 12 – 24 jam dan bentuk telurnya lonjong, bulat berwarna putih dan besar telurnya 1 – 2  mm ( 0,8 – 1 ) lalat betina bertelur dengan jumlah yang banyak 150 – 200 butir.
            Lalat bertelur di tempat kotoran yang panas dan lembab faktor tempat dapat mempengaruhi lamanya stadium ini. Apabila suhu panas maka lebih cepat  pertumbuhannya dan apabila suhu dingin maka pertumbuhan lambat dengan suhu 100c.

b.      Stadium kedua ( stadium larva )
            Stadium terbanyak adalah stadium larva dan memiliki tiga tingkatan yaitu adalah :
·         Setelah keluar dari telur larva belum banyak bergerak.
·         Memasuki tingkat dewasa larva lebih banyak bergerak.
·         Dan memasuki tingkat terakhir kembali tak bisa bergerak.
            Larva memiliki bentuk yang bulat panjang dengan warna putih      kekuning – kuningan dan keabu – abuan dan mempunyai segment sebanyak 13 dan panjangnya ± 8 mm ( 2 mm ). Larva ini selalu bergerak dan makan dari bahan – bahan organis yang terdapat disekitarnaya dan pada tingkat terakhir larva ini berpindah tempat yang kering dan sejuk untuk berubah menjadi kepompong dan lamanya stadium ini  2 – 8 hari/2 – 5 hari tergantung dari temperatur setempat, namun larva ini mudah mati pada suhu 730c.
c.       Stadium ketiga ( stadium pupa )
            Lamanya stadium ini  2 – 8 hari dan berbentuk bulat lonjong dengan warna coklat hitam dan pada stadium ini kurang bergerak dan memiliki panjang ± 5 mm ( 8 – 10 mm ) dan mempunyai selaput luar yang keras yang biasa disebut chitine, dibagian depan terdapat spiracel yang disebut posterior spiracle yang berguna untuk menentukan jenisnya.

d.      Stadium keempat ( stadium dewasa )
            Ini adalah stadium terakhir yang sudah berwujud serangga ( lalat ) dari stadium pertama sampai menjadi lalat membutuhkan waktu 7 hari atau lebih tergantung pada kondisi lingkunganny dan biasanya 8 – 20 hari.

Tempat perkembangbiakan lalat yaitu :
a.       Kotoran yang terdiri kotoran manusia, hewan, sampah atau bahan – bahan lain yang berasal dari binatang atau tumbuh – tumbuhan yang telah membusuk.
b.      Suhu perkembangbiakannya:
·         Tidak aktif : 390F ( 1,1 )
·         Mati           : 320F (00c)
·         Aktif         : 53 – 700F (11,7 – 21,10c )
·         Maximum : 900F ( 32,20c )
·         Optimum   : 340c dengan kelembaban 90%
c.       Phase telur lalat :
Ø  160c      = 44,8 hari
Ø  18,00c   = 26,7 hari
Ø  200c      = 20,5 hari
Ø  250c      = 16,1 hari
Ø  300c      = 10,4 hari
d.      Dan urutan kotoran yang disukai sebagai tempat perkembangbiakannya untu bertelur adalah :
ü  Kotoran kambing
ü  Kotoran babi
ü  Kotoran kuda
ü  Kotoran kerbau
ü  Kotoran kucing
ü  Dan kotoran anjing

e.       Cara bertelurnya lalat :
§  Masa bertelur 4 – 20 hari
§  Sexual maturity 2 – 3 hari
§  Betina bertelur 4 – 5 kali seumur hidupnya.

f.       Cara lalat makan
o   Makanan utama lalat adalah barang – barang cair dan benda – benda keras dicairkan lebih dulu dengan air ludahya.
o   Memuntahkan sebagian makananya, dengan demikian memungkinkan untuk penyebaran kuman – kuman penyakit.
                             
3.      Menyelidiki cara lalat menularkan penyakit

            Lalat suka hinggap di tempat – tempat yang kotor, misalnya kotoran dan kemudian hinggap lagi pada makanan yang tidak di tutup dan manusia mengkomsumsi makanan tersebut ddan dapat menyebabkan penyakit seperti diare.
Seperti gambar di bawah ini :




                  Pengendalian adalah upaya – upaya yang dapat dilakukan untuk menekan jumlah kepadatan populasi dari lalat.

                  Pengendalian yang dapat dilakukan adalah :

a.       Kontrol manejemen

·         Menjaga kebersihan secara umum,
·         Menempatkan sampah pada container yang tertutup rapat sebelum sampah diangkut dan dibuang ke TPA,
·         Mengadakan TPS sampah yang dilengkapi dengan kontener – kontener besar yang tertutup rapat,
·         Menghindari adanya dan timbulnya open dumps,
·         Menggunakan kakus yang saniter ( water sealed latrine ),
·         Penggunaan insektisida pada TPS atau TPA yang menggunakan metode open dumoing.

b.      Kontrol biologi
Parasit lalat biasanya membunuh lalat pada saat fase larva dan pupa. Spalangia nigroaenea merupakan sejenis tawon (lebah penyengat) yang menjadi parasit bagi pupa lalat. Mekanismenya ialah tawon dewasa bertelur pada pupa lalat, yaitu dibagian puparium (selubung pupa) dan perkembangan dari telur tawon memangsa pupa lalat (pupa lalat mati). Selain tawon, tungau (Macrochelis muscaedomesticae dan Fuscuropoda vegetans) dan kumbang (Carnicops pumilio, Gnathoncus nanus) juga merupakan “lawan” lalat.
Aplikasi dari teknik pengendalian lalat ini memerlukan suatu menajemen yang relatif sulit. Siklus hidup hewan pemangsa lalat tersebut juga relatif lebih lama. Selain itu, hewan pemangsa lalat ini dapat juga menjadi agen penularan penyakit. Meskipun demikian, keseimbangan ekosistem akan tetap terjaga, terlebih lagi keberadaan lalat di kandang juga membantu dalam proses dekomposisi (penguraian) feses atau sampah organik lainnya sehingga baik jika digunakan sebagai pupuk kompos.
c.       Kontrol mekanik
Teknik pengendalian lalat ini relatif banyak diaplikasikan oleh masyarakat pada umumnya. Di pasaran, juga telah banyak dijual perangkat alat untuk membasmi lalat, biasanya disebut sebagai perangkap lalat. Perangkap tersebut bekerja secara elektrikal (aliran arus listrik) dan dilengkapi dengan bahan yang dapat menarik perhatian lalat untuk mendekat. Perangkap lalat seringkali diletakkan di tengah kandang. Di tempat penyimpanan telur sebaiknya juga diletakkan perangkap lalat ini.
Lalat tidak akan bergerak atau terbang melawan arus atau arah angin. Oleh karenanya tempatkan fan atau kipas angin dengan arah aliran angin keluar kandang atau ke arah pintu kandang. Penggunaan plastik yang berisi air (biasanya di warung makan) juga bisa digunakan untuk mengusir lalat meskipun mekanisme kerjanya belum diketahui. Teknik pengendalian lalat ini (kontrol mekanik) relatif kurang efektif untuk diaplikasikan ji-ka populasi lalat banyak.
                                                       
d.      Kontrol kimiawi
Cyromazine merupakan zat aktif yang digunakan untuk membunuh larva lalat sedangkan azamethipos dan cypermethrin merupakan zat aktif yang bekerja membunuh lalat dewasa. Penggunaan cyromazine untuk membasmi lalat de
wasa tidak akan memberikan hasil yang optimal (lalat dewasa tidak bisa mati) dan begitu juga sebaliknya (pemberian cypermethrin tidak akan bisa membunuh larva lalat).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar