A. Lalat
Lalat
termasuk insekta ordo Diptera yang ditandai sepasang sayap. Lalat ini
berkembang biak dengan metamorfhosis sempurna, yaitu dimulai dari telur,
larva, pupa dan imago. Musca demostica ( lalat rumah ) bertelur antara
100-150 butir. Telur – telur ini menetas menjadi larva kira – kira dalam
waktu 24 jam dan makanannya adalah bahan – bahan yang dapat membusuk,
dan keadaan dalam bentuk larva berlangsung antara 3 – 7 hari. Larva yang
matur pindah ketempat yang sejuk dan kering serta membentuk pupa
inaktif, bentuk pupa ini memerlukan waktu antara 3 sampai beberapa hari.
Sayapnya tidak terlipat lagi dan kulitnya berchitin dn keras dan
tergantung pada suhu dan iklim, lalat rumah dapat hidup dalam jaringan
hidup manusia dan menyebabkan penyakit myasis.
Lalat rumah mempunyai jarak terbang kira – kira sampai 1 mil. Lalat rumah ini dapat menularkan penyakit – penyakit seperti :
· Kolera
· Thypus
· Disentri
· Parathypus
· Conjunctivitis
· Trachoma dan
· Poliomyelitis
Sedangkan lalat kandang ( stomoxis calcitrans ) adalah contoh lalat yang menusuk dan mengisap. Lalat demikian termasuk family tabanidae dan dapat menularkan penyakit seperti :
· Tulameria dan
· Anthrax.
B. Pengukuran kepadatan populasi lalat
Kepadatan populasi lalat dapat di ukur dengan fly grill. Tehnik
ini di kembangkan oleh schudder, terdiri atas kisi – kisi yang tersusun
olh 24 bilah kayu dengan panjang masing – masing 36 inci, lebar 3/4 inci dan tebal 1/4 inci, dijajar dengan jarak masing – masing bilah 3/4
inci pada sebuah kerangka berbentuk huruf z. fly grillyang lebih kecil
berukuran 18 inci telah di kembangkan untuk pengukuran lalat yang
berkumpul dalam klaster ketika istirahat dan makan.
Kepadatan lalat di hitung berdasarkan jumlah lalat yang hinggap pada
grill per satuan waktu, dan belum ada ketentuan mengenai kesatuan waktu
ini. Oleh karena alat ini hanya digunakan untuk mengukur kepadatan
secara kualitatif, misalnya untuk membandingkan kepadatan di suatu
wilayah tertentu dengan wilayah lain, maka satuan waktu bias ditentukan
sendiri oleh pengamat atau peneliti. Bentuk alat yang lain adalah
perangkap lalat ( fly trap ), yang berbentuk sangkar silender yang
terbuat dari kawat kasa yang dilengkapi dengan pintu masuk tetapi ada
untuk pintu keluar ( invented cone entrance ). Di dalamnya di taruh
umpan dari jeroan ayam, buah – buahan busuk atau bahan – bahan yang
berbau sejenisnya. Fly trap di gunakan untuk pengukuran kualitatif.
C. Pemberantasan lalat
Pemberantasan lalat melibatkan masyarakat secara keseluruhan. Sampah
sangat erat hubungannya dengan timbul dan berkembangnya lalat itu
sendiri. Oleh karena itu pemberantasan lalat akan melibatkan kegiatan –
kegiatan yang berkaitan dengan sampah, maka masalah lalat juga merupakan
masalah sosial.
Karena
itu dalam penanganannya perlu melibatkan masyarakat secara bersama –
sama. Sampah yang mudah membusuk ( garbage ) merupakan media tempat
berkembang biaknya lalat. Bahan – bahan organik yang membusuk, baunya
merangsan lalat untuk dating mengerumuni, karena bahan – bahan yang
membusuk tersebut merupakan makanan mereka.
Pengendalian lalat dapat berjalan dengan baik karena system pengelolaan
sampah yang baik pula. Adapun komponen – komponen dalam sistem
pengelolaan sampah yang harus mendapat perhatian agar lalat tidak ada
kesempatan untuk bersarang dan berkembang biak adalah mulai dari :
1. Penyimpanan
setempat ( onsite storage ) yang tempat penyimpana sampahdimana sampah
dihasilkan ( biasanya berbentuk bak – bak di rumah tangga dsb ), yang
harus memenuhi syarat agar lalat tidak dapat menjangkaunya diantaranya
adanya bak – bak yang tertutup rapat, baik pada waktu kosong maupun
terisi.
2. Pengumpulan
sampah dari tempat penyimpanan setempat ke tempat pengumpulan sampah (
TPS ) atau langsung ke tempat pembuangan akhir, yang setidak – tidaknya
alat pengumpul/pengangkut dipersyaratkan tertutup rapat agar tidak
terjangkau lalat.
3. Transfer
dan transport, yaitu tempat pengumpulan sampah dan pengangkutan sampah
ke tempat pembuangan akhir, yang di persyaratkan untuk TPS harus
bersih/tersangkut ( tak ada sisa sampah pada waktu sore/malam hari, atau
sebaiknya TPS terlindung tak terjangkau lalat dan binatang pengganggu
lainnya.
4. Tempat pembuangan akhir ( TPA ) yang sebaiknya menggunakan metode sanitary landfill.
Keterlambatan pengangkutan sampah juga akan menjadi peluang bagi
bersarangnya lalat. Kebersihan di rumah tangga atau instansi – instansi
pemerintah, perkantoran, tempat – tempat umum sebagainya merupakan
syarat mutlak agar lembaga – lembaga tersebut terbebas dari lalat. Oleh
karena itu kesadaran akan perlunya berperilaku sehat dan lingkungan
menjadi kewajiban seluruh komponen masyarakat. Yang perlu mendapat
perhatian adlah pola berfikir bahwa lalat harus diisolasi dari makanan
mereka yang pada dasarnya lalat akan terangsan oleh bau yang busuk,
amis, anyir, dan sejenisnya. Di sampi itu pemberantasan lalat dapat juga
dilakukan dengan menggunakan insektisida, sekalipun hal inii kurang
efektif. Biasanya ini dilakukan di tempat – tempat khusus seperti tempat
pembuangan akhir sampah. Secara singkat tindakan – tindakan yang
diperlukan untuk pemberantasan lalat adalah :
· Menjaga kebersihan secara umum,
· Menempatkan sampah pada container yang tertutup rapat sebelum sampah diangkut dan dibuang ke TPA,
· Mengadakan TPS sampah yang dilengkapi dengan kontener – kontener besar yang tertutup rapat,
· Menghindari adanya dan timbulnya open dumps,
· Menggunakan kakus yang saniter ( water sealed latrine ),
· Penggunaan insektisida pada TPS atau TPA yang menggunakan metode open dumoing.
D. Pengamatan, penyelidikan dan pengendalian
Pengamatan adalah dimana telah dilakukan penyelidikan terlebih dahulu
dan setelah itu dilakukan pengamatan untuk memberikan dan menunjang
informasi yang lebih akurat.Pengamatan yang dilakukan pada lalat adalah :
1. Mengamati tingkat pertumbuhan pada setiap fase metamorfosis pada lalat.
Cara mengamati tingkat pertumbuhan pada setiap fase metamorfosis pada
lalat adalah dengan mengetahui setiap fase pada lalat. Lalat mengalami
metamorfosis sempurna yaitu, seperti gambar dibawah ini.
Siklus
hidup semua lalat terdiri dari 4 tahapan, yaitu telur, larva, pupa dan
lalat dewasa. Lalat dewasa akan menghasilkan telur berwarna putih dan
berbentuk oval. Telur ini lalu berkembang menjadi larva (berwarna coklat
keputihan) di feses yang lembab (basah). Setelah larva menjadi dewasa,
larva ini keluar dari feses atau lokasi yang lembab menuju daerah yang
relatif kering untuk berkembang menjadi pupa. Dan akhirnya, pupa yang
berwarna coklat ini berubah menjadi seekor lalat dewasa. Pada kondisi
yang optimal (cocok untuk perkembangbiakan lalat), 1 siklus hidup lalat
tersebut (telur menjadi lalat dewasa) hanya memerlukan waktu sekitar
7-10 hari dan biasanya lalat dewasa memiliki usia hidup selama 15-25
hari.
Dalam
waktu 3-4 hari, seekor lalat betina mampu menghasilkan telur sebanyak
500 butir. Dengan kemampuan bertelur ini, maka dapat diprediksikan dalam
waktu 3-4 bulan, sepasang lalat dapat beranak-pinak menjadi 191,01 x
1018 ekor (dengan asumsi semua lalat hidup). Bisa kita bayangkan, dengan
kemampuan berkembang biak lalat tersebut dapat memberikan ancaman
tersendiri.
2. Mengamati dampak berbahaya yang ditimbulkan oleh lalat.
Lalat
adalah binatang pengganggu yang dapat menyebabkan dampak berbahaya bagi
manusia. Lalat sebenarnya bukan suatu agen infeksi melainkan peranannya
lebih cenderung sebagai vektor atau agen pembawa atau penular penyakit.
Peranan lalat menularkan penyakit ini didukung dari bentuk anatomi
tubuhnya yang banyak terdapat bulu sehingga bibit penyakit (virus,
bakteri, protozoa) melekat dan tersebar ke ternak/hewan lain dan
manusia. Selain itu, lalat juga mempunyai cara makan yang unik, yaitu
lalat meludahi makanannya terlebih dahulu sampai makanan tersebut cair
baru disedot ke dalam perutnya. Cara makan inilah yang ikut disinyalir
sebagai cara bibit penyakit masuk ke dalam tubuh lalat kemudian
menulari/menginfeksi manusia terlebih lagi kita tahu dan tak jarang
menemukan lalat sedang hinggap di makanan.
Dari beberapa literatur juga disebutkan setiap kali lalat hinggap disuatu tempat, maka + 125.000 bibit penyakit dijatuhkan pada lokasi tersebut (wikimedia, 2007).
Prof.
Drh. Hastari Wuryastuty, M.Sc, PhD (2005) peneliti di fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menyatakan
jika seekor lalat yang memiliki berat 20 mg mampu membawa bibit penyakit
(virus) sebanyak 10% dari berat badannya, yaitu 2 mg maka lalat
tersebut dapat menulari 2.000 ekor ayam. Hal ini disebabkan setiap 1
gram virus dapat menginfeksi satu juta ekor ayam. Begitu pula dengan
cara lalat menginfeksi manusia.
Larva dan lalat dewasa juga menjadi hospes intermediet atau inang perantara bagi infeksi cacing pita (Raillietina tetragona dan R. cesticillus)
pada ayam. Larva dan lalat dewasa sering kali termakan oleh ayam
sehingga ayam dapat terserang cacing pita tersebut. Selain itu, lalat
juga berperan sebagai vektor mekanik bagi cacing gilik (Ascaridia galli) maupun bakteri. Lalat yang hinggap di feses atau litter
yang telah tercemar bakteri kolera maka lalat tersebut sudah berpotensi
menyebarkan kolera pada ayam lainnya dan apabila ayam tersebut
dikomsumsi oleh manusia tanpa memasak daging ayam tersebut dengan matang
maka daging ayam tersebut yang telah mengandung beberapa bibit penyakit
akan menginfeksi manusia tersebut.
Gambar Larva lalat yang berkembang pada feses yang lembab berpotensi menularkan beberapa bibit penyakit
Penyelidikan adalah mencari sumber informasi yang terkait dengan
keadaan yang sebenarnya untuk dapat melanjutkan ke pengamatan yang lebih
baik lagi.
Penyelidakan yang dapat dilakukan pada lalat adalah :
1. Menyelidiki tingkat daya terbang pada lalat dari tempat perkembang biakan lalat.
Kelompok kami mengambil suatu penyelidikan pada lalat pada cara terbang
dan dan tingkat daya terbangnya dari tempat perkembangbiakannya namun
lalt tidak suka terbang terus menerus, sehingga lalat sering – sering
mampir. Menurut penyelidikan jarak terbang dari lalat dari tempat padat
penduduknya tidak lebih dari 1/2 km, tetapi ada pula yang melaporkan bahwa jarak terbang lalat tersebut lebih dari 20 km.
Lalat apabila berkembangbiak dekat dari perumahan masyarakat maka besar
kemungkinan lalat tersebut dapat mengakibatkan penyakit trachoma.
2. Menyelidiki proses perkembangbiakan dari lalat.
Lalat berkembang biak dengan empat tahapan/siklus hidupnya yaitu :
a. Stadium pertama ( stadium telur )
Stadium ini lamanya 12 – 24 jam dan bentuk telurnya lonjong, bulat
berwarna putih dan besar telurnya 1 – 2 mm ( 0,8 – 1 ) lalat betina
bertelur dengan jumlah yang banyak 150 – 200 butir.
Lalat bertelur di tempat kotoran yang panas dan lembab faktor tempat
dapat mempengaruhi lamanya stadium ini. Apabila suhu panas maka lebih
cepat pertumbuhannya dan apabila suhu dingin maka pertumbuhan lambat
dengan suhu 100c.
b. Stadium kedua ( stadium larva )
Stadium terbanyak adalah stadium larva dan memiliki tiga tingkatan yaitu adalah :
· Setelah keluar dari telur larva belum banyak bergerak.
· Memasuki tingkat dewasa larva lebih banyak bergerak.
· Dan memasuki tingkat terakhir kembali tak bisa bergerak.
Larva memiliki bentuk yang bulat panjang dengan warna putih
kekuning – kuningan dan keabu – abuan dan mempunyai segment sebanyak 13
dan panjangnya ± 8 mm ( 2 mm ). Larva ini selalu bergerak dan makan dari
bahan – bahan organis yang terdapat disekitarnaya dan pada tingkat
terakhir larva ini berpindah tempat yang kering dan sejuk untuk berubah
menjadi kepompong dan lamanya stadium ini 2 – 8 hari/2 – 5 hari
tergantung dari temperatur setempat, namun larva ini mudah mati pada
suhu 730c.
c. Stadium ketiga ( stadium pupa )
Lamanya stadium ini 2 – 8 hari dan berbentuk bulat lonjong dengan
warna coklat hitam dan pada stadium ini kurang bergerak dan memiliki
panjang ± 5 mm ( 8 – 10 mm ) dan mempunyai selaput luar yang keras yang
biasa disebut chitine, dibagian depan terdapat spiracel yang disebut
posterior spiracle yang berguna untuk menentukan jenisnya.
d. Stadium keempat ( stadium dewasa )
Ini adalah stadium terakhir yang sudah berwujud serangga ( lalat ) dari
stadium pertama sampai menjadi lalat membutuhkan waktu 7 hari atau
lebih tergantung pada kondisi lingkunganny dan biasanya 8 – 20 hari.
Tempat perkembangbiakan lalat yaitu :
a. Kotoran
yang terdiri kotoran manusia, hewan, sampah atau bahan – bahan lain
yang berasal dari binatang atau tumbuh – tumbuhan yang telah membusuk.
b. Suhu perkembangbiakannya:
· Tidak aktif : 390F ( 1,1 )
· Mati : 320F (00c)
· Aktif : 53 – 700F (11,7 – 21,10c )
· Maximum : 900F ( 32,20c )
· Optimum : 340c dengan kelembaban 90%
c. Phase telur lalat :
Ø 160c = 44,8 hari
Ø 18,00c = 26,7 hari
Ø 200c = 20,5 hari
Ø 250c = 16,1 hari
Ø 300c = 10,4 hari
d. Dan urutan kotoran yang disukai sebagai tempat perkembangbiakannya untu bertelur adalah :
ü Kotoran kambing
ü Kotoran babi
ü Kotoran kuda
ü Kotoran kerbau
ü Kotoran kucing
ü Dan kotoran anjing
e. Cara bertelurnya lalat :
§ Masa bertelur 4 – 20 hari
§ Sexual maturity 2 – 3 hari
§ Betina bertelur 4 – 5 kali seumur hidupnya.
f. Cara lalat makan
o Makanan utama lalat adalah barang – barang cair dan benda – benda keras dicairkan lebih dulu dengan air ludahya.
o Memuntahkan sebagian makananya, dengan demikian memungkinkan untuk penyebaran kuman – kuman penyakit.
3. Menyelidiki cara lalat menularkan penyakit
Lalat suka hinggap di tempat – tempat yang kotor, misalnya kotoran dan
kemudian hinggap lagi pada makanan yang tidak di tutup dan manusia
mengkomsumsi makanan tersebut ddan dapat menyebabkan penyakit seperti
diare.
Seperti gambar di bawah ini :
Pengendalian adalah upaya – upaya yang dapat dilakukan untuk menekan jumlah kepadatan populasi dari lalat.
Pengendalian yang dapat dilakukan adalah :
a. Kontrol manejemen
· Menjaga kebersihan secara umum,
· Menempatkan sampah pada container yang tertutup rapat sebelum sampah diangkut dan dibuang ke TPA,
· Mengadakan TPS sampah yang dilengkapi dengan kontener – kontener besar yang tertutup rapat,
· Menghindari adanya dan timbulnya open dumps,
· Menggunakan kakus yang saniter ( water sealed latrine ),
· Penggunaan insektisida pada TPS atau TPA yang menggunakan metode open dumoing.
b. Kontrol biologi
Parasit lalat biasanya membunuh lalat pada saat fase larva dan pupa. Spalangia nigroaenea
merupakan sejenis tawon (lebah penyengat) yang menjadi parasit bagi
pupa lalat. Mekanismenya ialah tawon dewasa bertelur pada pupa lalat,
yaitu dibagian puparium (selubung pupa) dan perkembangan dari telur tawon memangsa pupa lalat (pupa lalat mati). Selain tawon, tungau (Macrochelis muscaedomesticae dan Fuscuropoda vegetans) dan kumbang (Carnicops pumilio, Gnathoncus nanus) juga merupakan “lawan” lalat.
Aplikasi
dari teknik pengendalian lalat ini memerlukan suatu menajemen yang
relatif sulit. Siklus hidup hewan pemangsa lalat tersebut juga relatif
lebih lama. Selain itu, hewan pemangsa lalat ini dapat juga menjadi agen
penularan penyakit. Meskipun demikian, keseimbangan ekosistem akan
tetap terjaga, terlebih lagi keberadaan lalat di kandang juga membantu
dalam proses dekomposisi (penguraian) feses atau sampah organik lainnya
sehingga baik jika digunakan sebagai pupuk kompos.
c. Kontrol mekanik
Teknik
pengendalian lalat ini relatif banyak diaplikasikan oleh masyarakat
pada umumnya. Di pasaran, juga telah banyak dijual perangkat alat untuk
membasmi lalat, biasanya disebut sebagai perangkap lalat. Perangkap
tersebut bekerja secara elektrikal (aliran arus listrik) dan dilengkapi
dengan bahan yang dapat menarik perhatian lalat untuk mendekat.
Perangkap lalat seringkali diletakkan di tengah kandang. Di tempat
penyimpanan telur sebaiknya juga diletakkan perangkap lalat ini.
Lalat
tidak akan bergerak atau terbang melawan arus atau arah angin. Oleh
karenanya tempatkan fan atau kipas angin dengan arah aliran angin keluar
kandang atau ke arah pintu kandang. Penggunaan plastik yang berisi air
(biasanya di warung makan) juga bisa digunakan untuk mengusir lalat
meskipun mekanisme kerjanya belum diketahui. Teknik pengendalian lalat
ini (kontrol mekanik) relatif kurang efektif untuk diaplikasikan ji-ka
populasi lalat banyak.
d. Kontrol kimiawi
Cyromazine merupakan zat aktif yang digunakan untuk membunuh larva lalat sedangkan azamethipos dan cypermethrin merupakan zat aktif yang bekerja membunuh lalat dewasa. Penggunaan cyromazine untuk membasmi lalat de
wasa tidak akan memberikan hasil yang optimal (lalat dewasa tidak bisa mati) dan begitu juga sebaliknya (pemberian cypermethrin tidak akan bisa membunuh larva lalat).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar